karya: Moch Naufal Rizki
Peluh keringgat bercucuran,
menjadi awal duka nestapa.
Berlomba dengan deru-deru jalanan.
Demi sesuap nasi yang memilukan
Bersaing dengan terik panas matahari
Menyajikan suara emas di perempatan
Bertaruh nyawa dan diri
Demi sepeser uang recehan
Kesunyian mulai tiba
Cahaya remang menghiasi sudut jalan
Terbaring tubuh yang lelah
Dengan beralaskan koran
Malam yang dingin
Tak mengusikmereka
Seakan terlelap
dalam lelahnya dunia.